Mengulang Summer in Seoul Karya Ilana Tan: Manisnya Nostalgia

Sebenarnya, rencana untuk mengulang tetralogi empat musimnya Ilana Tan sudah tercetus sejak lama. Namun, berhubung antrian buku baru yang 'harus' dibaca sedang cukup banyak, saya baru sempat menjalankan misi saya ini bulan ini. Waktu yang saya khususkan untuk membaca buku ini pun dapat terbilang cukup singkat: saat menunggu jam-jam kantorbetul, Summer in Seoul menjadi buku yang saya bawa ke mana-mana di dalam tas, sedangkan untuk current read yang saya baca setiap ada waktu luang, saya masih berkutat dengan Vengeful karya V.E. Schwab yang tebalnya nyaris 600 halaman itu.


Summer in Seoul bercerita tentang Han Soon-Hee atau yang lebih dikenal sebagai Sandy, seorang blasteran Indonesia-Korea yang saat ini sedang berkuliah di Seoul. Hidup Sandy yang biasa-biasa saja mendadak berubah saat suatu malam ia memutuskan untuk mampir ke minimarket untuk membeli keripik kentang sepulang kerja paruh waktu. Ponselnya, entah bagaimana, tertukar oleh ponsel seorang penyanyi muda terkenal di Seoul, yaitu Jung Tae-Woo.

Di sisi lain, Jung Tae-Woo sendiri sedang mengalami masalah yang cukup pelik. Setelah empat tahun vakum dari dunia hiburan, tiba-tiba saja ada isu miring yang menerpa dirinya. Jung Tae-Woo dan manajernya, Park Hyun-Shik, dengan cepat berusaha mencari jalan keluar. Jadi, begitu tiba-tiba saja Sandy datang ke dalam hidupnya, Jung Tae-Woo pun tanpa berpikir panjang langsung menawarkan Sandy untuk berpura-pura menjadi pacarnya.

Sandy awalnya sedikit enggan, tapi akhirnya ia pun menyetujui. Kebohongan di depan kamera pun semakin lama berlanjut semakin dalam. Dan ketika semuanya mulai berubah, kebenaran kisah masa lalu di antara keduanya terkuak secara tiba-tiba.

Setelah bertahun-tahun baru membaca ulang buku ini lagi, saya gak menyangka kalau saya akan tetap suka sama ceritanya. Summer in Seoul ini masih terasa semanis waktu pertama kali saya baca, meski memang, ada beberapa poin yang lebih saya perhatikan sekarang:

1. Gaya bertutur Ilana Tan masih memikat, mirip bahasa terjemahan. Tapi ada beberapa konteks yang menurut saya agak sedikit... berlebihan (walaupun pas SMA menurut saya oke-oke aja), kayak misalkan penggunaan kalimat 'Mendadak Tae-Woo merasa susah bernapas', padahal Sandy cuma bilang mungkin dia masih menyimpan perasaan ke mantannya. Memang gak mengganggu banget, tapi bagian-bagian kayak gitu sengaja saya percepat bacanya supaya gak mempengaruhi momen-momen lain yang menurut saya manisnya pas.

2. Malam sewaktu apartemen Sandy kebakaran, bukannya Lee Jeong-Su seharusnya ada di sana? Dia sempat bilang kalau dia mau menunggu terus sampai Sandy buka pintu, kan? Mungkin dia pulang kali ya. Capek nunggu lama-lama.

3. Menurut saya, puncak konfliknya bisa lebih dikembangkan sedikit lagi biar lebih gereget. Soalnya bagian ini terasa singkat banget, dan penyelesaiannya pun terkesan agak mudah.

Meski begitu, terlepas dari ketiga poin di atas, saya menikmati buku ini banget. Penggambaran latarnya memang masih terkesan asal tempel alias kurang dideskripsikan, tapi dari segi plot cerita, menurut saya buku ini sudah rapi dan oke. Tokoh-tokohnya pun sudah dikembangkan dengan cukup baik. Kehadiran Kang Young-Mi sebagai sahabat Sandy juga menurut saya pas banget. Saya bahkan sejujurnya cukup suka sama karakter Mr. Kim, dan sempat berharap kalau doi bakal dikasih peran lebih.


Kesimpulannya, saya memang masih suka buku ini. Kebetulan-kebetulan yang terjadi memang agak terlalu banyak, tapi buat saya hal itu gak masalah. Dan kalau ditanya apa suatu hari saya akan reread buku ini lagi, jawaban saya adalah: tentu saja. Baca buku ini menyenangkan banget. Apalagi, ada perasaan nostalgic yang kental karena sewaktu masih SMA dulu, ada masanya ketika saya keranjingan mengulang buku-bukunya Ilana Tan. Hal itu jelas banget merupakan poin plus.

Actual rating: 4★

Post a Comment

0 Comments