Saya sampai sekarang masih gak ngerti, kenapa mood baca saya selalu naik drastis ya setiap kali tugas yang harus saya kerjakan sedang menumpuk? Serius, saya bingung banget. Belum juga tanggal 20, saya sudah berhasil menamatkan buku keenam bulan ini di tengah-tengah kesibukan menyusun skripsi dan kerjaan kantor. Mungkin memang apa yang saya inginkan selalu berbanding terbalik kali ya dengan apa yang harus saya kerjakan haha.
Ngomong-ngomong, buku yang berhasil saya tamatkan kemarin malam itu Twivortiare karya Ika Natassa. Yup, memang hasil reread lagi. Jadi kalau ditotal-total, jumlah buku yang saya reread bulan ini sudah tiga (lumayan. Misi saya mengulang buku-buku lokal yang sudah tahunan nongkrong di rak akhirnya mulai terealisasi pelan-pelan).
Disclaimer: Kalau belum baca buku pertamanya, Divortiare, saya sarankan jangan lanjut ke bawah dulu. Atau kalau tertarik, review Divortiare saya bisa dibaca di sini.
Melanjuti kisah Alex dan Beno di buku sebelumnya, di Twivortiare, kedua sejoli ini akhirnya menikah lagi. Dikemas dalam bentuk cuitan di twitter, format buku ini bisa dibilang unik dan konsepnya menarik. Alex menumpahkan segala keluh kesahnya di timeline, mulai dari hal-hal kecil yang bikin mereka bertengkar setiap hari, kisah-kisah randomnya dengan Beno hingga bisa balikan lagi, sampai hal-hal berbau keluarga yang cukup emosional.
Mengulang Twivoritare terbukti masih jadi pengalaman yang menyenangkan untuk saya. Jujur, saya sih terhibur banget bacain satu-satu tweetnya Alex yang sama sekali gak pakai filter itu. Memang sih, kadang yang diceritain Alex terlalu pribadi untuk dipublikasikan ke twitter, tapi well, karena ini bacaan seru-seruan, saya sih jelas gak mempermasalahkan. Semakin terbuka Alex tentang masalahnya dengan Beno, saya justru malah semakin penasaran (loh) haha.
Seperti yang sudah saya sampaikan di ulasan saya tempo hari, saya jauh lebih suka Beno di buku ini. Karena lebih sering dijumpai, karakter Beno jadi lebih tergali sih menurut saya. Setiap kali yang bersangkutan ngambek karena tingkah lakunya Alex, saya kepingin ngakak. Gemes banget saya sama dua pasangan itu. Meminjam istilah Alex, memang mereka ini pasangan 'ghendeng'.
Sedikit banget yang bisa saya review, karena dengan format seperti ini, konfliknya naik-turun naik-turun seperti kehidupan sehari-hari. Tapi jangan salah, justru menurut saya poin plus buku ini ya di sana: baca tweetnya Alex serasa sedang baca tweet teman yang kita kenal dalam dunia nyata. Tanpa memasukkan tweet vulgar dan pribadi ke dalam pertimbangan, menurut saya timeline Alex ini relatable banget dengan kehidupan sehari-hari pekerja di Jakarta (kecuali bagian belanjanya yang gila ya, hahaha).
Overall, saya mengulang dan masih menikmati. Dan beberapa tahun lagi, saya jelas akan reread buku ini untuk yang keentah berapa kali. Guilty pleasure read favorit saya untuk buku lokal ya jelas buku-bukunya Ika Natassa, jadi see you when I see you!
Actual rating: 4.2★
0 Comments