Painting Flowers Karya Nureesh Vhalega Yang Gloomy

Meniti progres baca secara perlahan ternyata seru juga. Selain bisa tenggelam lebih dalam ke cerita yang sedang dilahap, absennya tenggat waktu gak urung membuat proses membaca jadi lebih seru. Setelah hampir empat hari 'memegang' buku yang sama, saya akhirnya berhasil menamatkan bacaan pertama saya di bulan November, Painting Flowers karya Nureesh Vhalega.


Painting Flowers bercerita tentang Laisa yang sudah menjalin hubungan belasan tahun dengan Rama, pacarnya sejak SMA. Menjadi seorang tulang punggung keluarga membuat Laisa tidak bisa melepas pekerjaannya untuk menjadi ibu rumah tangga sehingga dengan sangat terpaksa, Laisa harus merelakan Rama menikah dengan orang lain. Di tengah kesibukannya sebagai ketua tim marketing Jalan-jalan.com, Laisa harus menelan kegalauannya sendiri sembari berusaha menghidupi ibu dan adiknya di rumah.

Setelah disakiti oleh Rama, Laisa pun sempat ragu saat cinta datang dalam bentuk dua laki-laki yang sangat bertolak belakang. Di saat pria yang satu dengan lantang menjanjikan komitmen, Laisa justru mendapati dirinya jatuh pada pria yang satunya.

Painting Flowers ini merupakan buku kedua Nui yang saya baca tahun ini dan jika dibandingkan dengan buku sebelumnya, saya rasa Nui sudah berkembang jauh di sini. Di buku dengan ketebalan sekitar 350 halaman, cerita yang disuguhkan Nui cukup padat, mulai dari hubungan Laisa yang masih adem ayem dengan Rama hingga pilihan sulit yang harus dihadapinya. Meski pace cerita ini cukup cepat, Nui berhasil mengembangkan setiap scene dengan cukup detail dan baik sehingga saya sebagai pembaca ikut terhanyut dengan kisah Laisa yang bisa dibilang tragis.

Saat membaca buku ini, saya mendapati dua kesan utama: fun dan gloomy. Fun terjadi saat saya ketemu dengan geng Thumb A Ride, kantor tetangga Jalan-jalan.com di gedung The Headquarters tempat Laisa bekerja, sedangkan gloomy terasa setiap cerita hidup Laisa dikisahkan. Untungnya, kedua aspek tersebut berimbang dengan sangat baik. Setiap baca kekonyolan tim TAR, saya sampi ketawa-ketiwi sendiri loh karena hangatnya persahabatan mereka (dan bacot mereka yang luar biasa itu hehe). 

Meski di awal-awal saya agak sedikit kewalahan ketika anggota tim TAR diperkenalkan secara berbarengan, saya perlahan-lahan mengenal mereka satu per satu dan malah jadi setia nungguin candaan mereka lagi. Kesukan saya sih jelas aja si Fajar, tapi kalau disuruh memilih karakter favorit, saya justru paling suka sama Fani. Meski porsi yang didapat anggota tim TAR per orang gak terlalu banyak, saya merasa feel untuk backstorynya Fani dapet banget. Ditambah karakternya yang menurut saya berpotensi, jadilah saya suka sama karakter Fani yang kuat, tegas, dan peduli sama orang lain.

Kalau untuk bagian Laisa sendiri, saya jujur banget kasihan sama dia. Di bagian awal, saya sampai ikutan benci malah sama Rama karena cowok itu pengecut banget. Meski memang di beberapa tempat menurut saya bagian Laisa bisa dikembangkan lagi (seperti contohnya persahabatannya dengan Jana dan progres move on Laisa), secara keseluruhan, saya menikmati proses jatuh bangun Laisa baik di rumah dan di tempat kerja. Diselingi dengan twist yang gak tertebak, Painting Flowers sama sekali gak bikin saya bosan dan justru penasaran.


Sementara itu, saya juga mau bilang kalau saya kagum dengan kemampun Nui mengembangkan setiap karakter dengan baik mengingat jumlahnya yang cukup banyak di buku ini. Setiap tokoh stand out dengan caranya masing-masing, bahkan karakter-karakter pendukung seperti Sabrina dan Agnia pun tereksplor dengan oke.

Overall, saya rasa Painting Flowers merupakan sebuah karya yang sangat bisa dinikmati. Dengan alur yang rapi dan gak tertebak, saya suka cara buku ini dieksekusi. Meski ada banyak kebetulan-kebetulan yang terjadi di sepanjang cerita, saya sendiri sih gak terlalu mempermasalahkan. Dua pria yang digalauin Laisa pun punya masa lalu kelam yang bikin saya tercengang waktu tahu dan untungnya, twist di bagian ini gak terasa seperti dipaksakan sehingga saya pun bisa merasa bersimpati untuk kedua orang itu. Endingnya pun saya suka karena penyelesaian konfliknya gak dibuat terburu-buru alias menyisakan ruang untuk sesuatu yang lebih besar di buku kedua.

Kalau kalian suka baca buku romance dengan sentuhan konflik keluarga di sana sini, buku ini boleh banget kalian coba. Last but not least, saya juga ingin berterima kasih sama Nui @nureesh_vhalega untuk kesempatannya membaca dan mengulas buku ini.

Actual rating: 4★

Post a Comment

0 Comments