Baca Buku di Kindle—Worth It Gak Sih?

Bagi yang belum tahu, Kindle adalah perangkat e-reader keluaran Amazon yang kiprahnya sudah lama dikenal di dunia literasi. Di Indonesia sendiri, pengguna Kindle sudah bisa dibilang cukup banyak meski belum terlalu umum. Keinginan saya untuk membeli Kindle sebenarnya sudah tercetus sejak tahun lalu, tapi dalam rentang waktu tersebut saya sedang bercokol dalam kategori pembaca yang masih ragu-ragu soal keefektifan e-reader karena kekeuh masih ingin mengoleksi buku-buku secara fisik. Pun begitu, awal tahun ini saya sadar betul betapa tempat penyimpanan buku saya sudah jauh dari kata lowong. Beberapa buku sudah terpaksa ditata dengan jumpalitan demi menghemat ruang yang kian lama kian menyempit.

Sekitar seminggu yang lalu, saya pun akhirnya memutuskan untuk membeli Kindle di salah satu toko e-commerce yang pernah direkomendasikan salah satu teman saya. Karena yang tersedia di toko tersebut bukanlah jenis yang terbaru dan saya terlalu takut untuk mencoba-coba cari di tempat lain tanpa testimoni terpercaya, saya pun memutuskan untuk langsung meng-order Kindle Paperwhite 2018 10th gen dengan kapasitas penyimpanan 32 GB. E-reader tersebut dibanderol dengan harga sekitar Rp. 2.1 juta (belum termasuk tempered glass dan casing), dikirim malam itu juga, dan sampai keesokan harinya.



Sampai di sini, saya mau menghentikan sementara ulasan saya untuk secara jujur memaparkan apa-apa saja yang membuat saya sempat merasa enggan, dan bagaimana akhirnya pertimbangan itu berlabuh sukses dengan keputusan untuk membeli satu meski saya masih berniat mengumpulkan buku fisik untuk dikoleksi. Terlepas dari fasilitas Kindle Unlimited dan keberadaan tidak hanya satu tapi beberapa perpustakan daring yang bisa dimanfaatkan secara cuma-cuma (saya gak akan bahas di sini karena yang mau saya tekankan adalah pertimbangan kalau-kalau mau membeli buku bukan meminjam), saya sempat bimbang banget saat membandingkan harga e-book Kindle yang bisa dibilang gak beda jauh dengan harga buku fisik.

Bayangin, salah satu buku di wish list saya bisa saya dapatkan dengan harga sekitar Rp. 200.000, sedangkan kalau saya beli e-booknya di Kindle, harganya hanya turun sedikit menjadi sekitar Rp. 140.000 - Rp. 160.000. Pemikiran pertama saya jelas: sayang banget! Otak saya mungkin masih terlalu konvensional, tapi kalau bedanya gak terlalu jauh, kenapa saya gak beli buku fisiknya aja? Ditambah bazar buku yang akhir-akhir ini lagi menjamur, saya rasa buku fisik bisa lebih mudah saya dapatkan dengan harga miring. Karena hal itulah saya sempat membuang jauh-jauh keinginan saya untuk betulan membeli Kindle.

Hingga akhirnya, seperti yang sudah saya bahas di awal, kebutuhan untuk beralih ke sesuatu yang lebih modern dan praktis pun mendesak. Saya sempat terpikir untuk nabung dan beli rak buku yang lebih besar, tapi dengan hobi membaca yang terus dilakukan tahunan dan kamar saya yang gak terlalu besar, berapa tahun rak tersebut bisa bertahan sebelum saya butuh lokasi baru untuk menyimpan buku-buku saya? Jadilah saya memutuskan untuk beralih menggunakan e-reader dan hanya membeli buku-buku fisik yang saya suka banget.


Bisa dibilang, keputusan untuk membeli Kindle adalah salah satu keputusan terbaik yang saya buat awal tahun ini. Saya memang baru sekitar satu minggu menggunakan Kindle dan belum lihai betul memanfaatkan setiap fasilitas yang tersedia, tapi sejauh ini, saya sudah merasa meraup cukup banyak keuntungan:

  • Teknologi e-inknya gak bikin mata saya sakit. Jenis tulisan dan ukurannya pun bisa diatur sesuai selera penggunanya. Beda kalau baca di ponsel, beberapa jam aja mata saya sudah perih rasanya.

  • Baterainya cukup awet. Kata orang, kalau dipakai untuk baca selama 1-3 jam sehari, baterai Kindle bisa tahan sekitar seminggu. Di kasus saya pribadi sih, karena saya baca betul-betul seharian penuh, baterainya gak bertahan selama itu. Tapi jelas cukup lama karena kalau ponsel harus dicas setiap hari Kindle hanya saya cas beberapa hari sekali.

  • Kindle Book Deals asyik banget! Saya beli City of Brass dan Kingdom of Chopper karya S.A. Chakraborty yang sudah lama bertengger dengan sabar di wish list saya hanya seharga Rp. 43.000 masing-masing. Memang sih gak banyak buku yang saya pingin diskon, tapi niscaya kita sabar dan waktunya tepat, pasti dapat juga kok.

  • Untuk saya pribadi yang kerap kali merasakan kesulitan membaca buku klasik karena bahasa Inggrisnya tergolong cukup rumit, worry no more. Kalau ada kata yang gak saya pahami, saya cukup menekan kata tersebut cukup lama, dan kamus pun otomatis keluar. Gak perlu repot-repot searching seperti yang biasa saya lakukan. Kalau gak mau kamus, tinggal swipe ke kiri dan penjelasan dari Wikipedia bisa saya dapatkan.

  • Goodreads ini sudah menjadi salah satu fasilitas bawaan Kindle, jadi mudah banget bagi pengguna aplikasi tersebut untuk mengupdate bahan bacaan. Kalau ada kutipan yang kita sukai, kita juga bisa dengan gampang meng-highlight kalimat tersebut dan menyimpannya secara pribadi atau bahkan membagikannya di Goodreads.

  • Menurut saya, sample bisa jadi salah satu aspek yang sangat membantu dalam pertimbangan membeli sebuah buku. Hal lain yang membuat Kindle menarik bagi saya adalah poin ini. Dengan adanya sampel, saya gak perlu takut merasa tertipu oleh cover yang cantik dan buku yang ternyata tidak sesuai selera saya.


Oh ya, saya kurang tahu hal ini terjadi di setiap device atau tidak, tapi Kindle yang saya miliki bisa dibilang agak lemot. Memang gak parah dan gak mengganggu sih, tapi saya merasa perlu menuliskannya di sini biar pengguna lain gak kaget kalau-kalau hal ini memang lazim terjadi di Kindle versi 2018 ini. Saya juga sebenarnya mau memasukkan kemudahan membeli buku di Kindle di jajaran terakhir keuntungan yang saya rasa saya dapatkan, tapi mengutip kata-kata adik saya, "Hati-hati malah jadi lebih kalap." Dan saya sadar betul kalau buy with one click ini benar-benar bak anugerah yang sekaligus bisa jadi musibah kalau diskon bikin saya gelap mata.

Sebagai penutup, karena saya masih tergolong baru dalam dunia per-Kindle-an, mungkin ada penyampaian informasi dari saya yang kurang tepat, jadi mohon dimaklumi. Meskipun begitu, sejauh ini sih saya sangat menikmati proses membaca dan juga browsing buku yang sekiranya menarik minat saya melalui Kindle. Kesimpulannya, menurut saya punya Kindle itu worth it, apalagi kalau kita sudah bisa memanfaatkan setiap fasilitasnya secara maksimal dan tertarik untuk meminjam buku dari perpustakan online.

Post a Comment

0 Comments