Setelah hampir seminggu membaca beberapa buku secara bersamaan, saya akhirnya berhasil menyelesaikan salah satu dari ketiga buku tersebut kemarin sore dan satu lagi siang ini. Serenity karya Nandreans resmi menjadi buku kelima yang saya tamatkan bulan ini, namun buku ini menjadi satu-satunya yang saya baca melalui aplikasi Google Play Books (tapi buku ini bisa dibaca di Gramedia Digital dan Cabaca juga kok).
Serenity bercerita tentang seorang remaja perempuan bernama Hera yang sudah hampir berumur 20 tahun namun belum kunjung lulus SMA. Menyandang status sebagai ketua geng tawuran SMA Pancasila, Hera memang terkenal berandal. Ia terus-terusan saja terlibat perkelahian dengan musuh bebuyutan mereka, SMA Perkasa, dan sebagai akibatnya penjara pun bukan sesuatu yang asing baginya.
Karena tahun ini adalah kesempatan terakhir Hera untuk mengikuti ujian nasional, guru BK di sekolahnya pun berusaha mempertemukannya dengan Alena, tutor yang akan membantunya belajar, meski tentu saja Hera menolaknya mentah-mentah. Namun semuanya berubah ketika ia bertemu Daniel, anak kelas X SMA Pancasila yang sempat dijadikan tawanan oleh SMA Perkasa. Kedekatannya dengan Daniel pun membuatnya mulai melihat hidup dengan cara yang berbeda, tapi apa daya, ada ikatan masa lalu yang diam-diam membayangi kehidupan keduanya.
Menurut saya, Serenity ini adalah bacaan yang ringan dan khas remaja banget. Sepanjang menyusuri kisah Hera ini, saya bisa merasakan vibes teenlitnya yang sangat kentara. Alurnya pun tergolong cepat tanpa ada detail-detail yang terkesan kepanjangan atau gak penting sehingga rasanya saya lancar-lancar aja baca kisah Hera di buku ini.
Untuk karakter sendiri, saya cukup suka Hera dan Alena. Hera ini tipe cewek strong yang memang didapuk sebagai pentolan sekolah jadi penggambaran karakternya bisa dibilang cukup refreshing, sedangkan Alena yang bawel ini tingkahnya memang lumayan menghibur (saya sih paling suka pas dia lagi lebay ke Hera tapi gak ditanggepin haha). Tapi karena alurnya yang terlalu cepat inilah, beberapa karakter lain terasa kurang tergali. Saya rasa kalau penokohan dan scenenya bisa diperdalam lagi, pasti ceritanya bakal lebih oke dan ngena, apalagi ada sentuhan drama keluarga yang bisa jadi salah satu trope yang sangat menjanjikan kalau dieksekusi dengan apik.
Untungnya, setiap tokoh bisa dibedakan dengan jelas. Saya sama sekali gak merasa kesulitan mengikuti percakapan mereka meski geng Hera terdiri dari cukup banyak orang. Endingnya pun menurut saya gak tertebak; pesan yang diselipkan penulis sudah cukup oke tapi seandainya bisa diperpanjang sedikit lagi pasti bakal lebih bagus. Dan oh ya, saran saya, mungkin lain kali percakapan antar tokohnya bisa dibuat lebih santai dan jangan terlalu baku.
Secara keseluruhan, Serenity adalah buku teenlit yang cukup menghibur dengan nilai-nilai penting yang bisa diambil. Last but not least, saya mau mengucapkan terima kasih kepada penerbit untuk kesempatan yang sudah diberikan buat saya membaca dan mengulas buku ini.
Actual rating: 2.5★
0 Comments