Melanjuti perjalanan saya membaca buku-buku via Gramedia Digital bulan lalu, kali ini saya hadir dengan ulasan singkat tiga buku yang saya baca di awal bulan Desember ini.
Sleepless in Manhattan bercerita tentang Paige Walker dan kedua temannya, Eva dan Frankie, yang tiba-tiba saja kehilangan pekerjaan di sebuah perusahaan event planner. Paige yang sedari kecil terbiasa menghabiskan hari-hari di rumah sakit sudah lelah merasa dikasihani, sehingga ia pun berusaha untuk tetap tegar di depan kakaknya Matt. Ketika Jake, sahabat Matt sekaligus orang yang dulu sekali pernah Paige taksir, menyarankan Paige untuk mendirikan perusahaan sendiri dan memberikan kesempatan besar untuknya, Paige pun tidak bisa menolak. Namun sayang, kisah cinta masa kecil Paige belum usai. Dan bagi seorang Jake, the most eligible bachelor in town, perasaan Paige adalah sesuatu yang harus sekali dihindari.
Bisa dibilang, buku ini adalah buku terjemahan pertama yang saya baca dengan genre Harlequin, dan bisa dibilang juga, saya punya mixed feeling terhadap buku ini. Saya memang cukup menikmati kisah Paige di Sleepless in Manhattan—buku-buku dengan latar belakang New York selalu menarik minat saya. Persahabatannya dengan Eva dan Frankie pun cukup bikin saya kagum. Tapi secara keseluruhan, gak ada tokoh yang betul-betul berkesan. Bagi seseorang yang suka banget dengan trope brother's-best-friend-romance, karakter Paige dan Jake kurang bisa bikin saya merasa mereka itu endgame. Penyelesaian konfliknya pun terkesan terlalu cepat buat saya.
Actual rating: 2.9★
Setelah menikmati masa bulan madu selama 10 bulan, Becky dan Luke memutuskan untuk kembali ke London. Namun sayang, hal-hal di rumah tidak seindah bayangan Becky. Kehidupan pernikahan ternyata menyenangkan, meski Luke sedang sibuk berusaha menggaet salah satu klien kakap baru bernama Arcodas Group. Sedangkan Suze, sahabat terbaik Becky, ternyata sudah punya teman dekat baru bernama Lulu yang menyebalkan banget. Untungnya, orang tua Becky punya kabar gembira: Becky ternyata punya kakak tiri bernama Jess!
Tanpa perlu waktu lama, saya langsung mengklaim Shopaholic and Sister sebagai buku terfavorit saya dari seri ini. Tingkah Becky di buku ini gak bisa berhenti bikin saya ngakak. Semakin mengenal Becky, semakin gak habis pikir saya sama tingkah lakunya yang aneh-aneh namun menghibur itu. Kisah Becky dan Jess pun menurut saya heartwarming banget. Intinya saya suka.
Actual rating: 4.7★
Kehidupan Becky di London saat ini sempurna banget. Bekerja di salah satu department store terbaru bernama The Look, keberhasilan suaminya mengakuisisi salah satu klien terbesar sepanjang sejarah Brandon Communication, ditambah kenyataan bahwa saat ini Becky sedang hamil... kehidupan Becky rasanya tidak bisa lebih indah lagi. Kecuali kalau Becky berhasil meyakinkan Luke untuk beralih dokter kandungan dan menggunakan jasa Venetia Carter yang banyak menangani kehamilan artis-artis papan atas dunia. Tapi siapa sangka, Venetia ternyata mantan pacar Luke saat masih kuliah dulu. Dan Becky hampir yakin kalau Venetia sedang bersiasat untuk merebut Luke darinya.
Masih suka delusional, bohong berlebih, dan kelakuannya bikin geleng-geleng kepala, Becky kali ini hadir dengan kehidupan kehamilan yang tampak agak kurang realistis. Meski begitu, kisah Becky di buku ini tetap kocak kok. Favorit saya di buku ini jelas adalah orang-orang di sekitar Becky yang begitu sayang dan peduli sama Becky. Dan saya suka banget dengan penggambaran tokoh Venetia di sepanjang cerita, yang bikin pembaca menerka-nerka motifnya yang sebenarnya (bukan berarti saya suka sama tokohnya loh ya).
Actual rating: 3.9★
0 Comments